Qolbu yang menjadi cerminan,
Khaliq dengan ciptaan-Nya,
Qolbu adalah terminal,
Ati itu jangka jangkahing jaman,
Atau titik pusat kesadaran kehidupan,
Ruang dan waktu dimana kita hidup,
Kawulo adalah hamba,
Gusti adalah bagusing ati,
Bagusnya qolbu manusia,
Dalam menghamba kepada Allah,
Manusia menghamba itu kawulo,
Dengan hati yang bisa mencerminkan Allah,
Maka manunggalah kawulo dan Gusti,
Apabila qolbu itu dekat dengan Alloh,
Sampai dekatnya dengan urat nadi leher,
Maka hati hamba menjadi tempat bersemayamnya Allah,
Kalau hati dekat dengan Allah,
Fikiran tenang dan mendengarkan suara hati,
Perkataan difikirkan dulu,
Tindakan diniyatkan dijalan Allah,
Maka benar,
Manunggaling Kawulo Gusti,
Sehingga,
Jumbuh Kawulo lan Gusti,
Dalam ridlo-Nya,
Ketidakbenaran Manunggaling Kawulo Gusti,
Terletak pada kurang tepatnya persepsi dalam memahami,
Akhirnya hal ini bisa menimbulkan kesesatan,
Jadi, Manunggaling Kawulo Gusti tidak salah,
Namun menyesatkan apabila tidak pas atau belum waktunya dalam memahaminya
Alias "masih muda" dalam spiritualnya….
Untuk itu harus diberikan kepada orang yang sudah layak untuk menyelaminya,
Manunggaling Kawulo Gusti,
Bukan berarti engkau jadi Fir’aun,
Karena Fir’aun pun mengaku aku menjadi Tuhan,
Padahal Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah mengaku-aku Tuhan,
Justru sebaliknya menghamba kepada Tuhan,
Sehingga semua tindakan mencerminkan sifat dan asma Tuhan.
Engkau hanya bisa mencerminkan sifat dan asma Tuhan,
Justru ketika engkau melakukan sebaliknya,
Dimana qolbu, hati, ati atau manah,
Menjadi cerminan Sifat Tuhan,
Pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti bukan berarti tidak bekerja,
Karena bekerja merupakan syarat hidup,
Dengan bekerja kita merasa membutuhkan Tuhan dalam berkarya,
Bukan sebaliknya….
Wujuding wijil wahyuning wangsit
Wiyoto woting waskitha kang winasis
Jajaning janma jatining jasad
Jumujuging jaladara jantra jinajah.
” Wujud keluarnya ilham
” melalui orang yang mengerti yang terpelajar
” dada manusia sejatinya jasad
” menuju ke alam jajahan
Amrih amining amaranti
Amina mastani mantra mastadi
Samudananing samudra samun
Sesongaran sasat susantiningrum.
” supaya perkataanya merata
” boleh dikatakan mantra mastadi
” berkedok berlindung di samudra ( mungkin mengatasnamakan kekuatan mayoritas)
” sombong/ugal ugalan menjadi pedomannya
Mungguh asmaning mung kanggo mupus
Dipeh prana nalika daruna dumateng
Tebining dhandhaka anyatrani
Lubering ludira anebaki daruni.
” namanya hanya untuk meredam
” cuma pas bisa melihat waktu kesedihan datang
” luasnya “dhandhaka” menyertai
” lubernya darah memenuhi hati/kesedihan
Najan hamung kinanthi sih utami
Awit diniyati tan kenging rinuyit,
Anggraitaa murih wekasanipun jrih
Muncrat handalidir mring bantala.
” walau hanya dengan kasih sayang
” sudah diniyati sebagai pegangan
” merasalah supaya akhirnya takut
” menyembur membasahi/mengaliri bumi(sujud syukur)
Tiba grahaning Hyang Suksma
Memitri awit saking nggenira
Njangkah tan angoncati
Tibaning Rohul Kudus amrih miranti.
” tiba ke tempat Hyang Suksma
” melihat karena keteguhanmu
” yang berjalan tanpa meninggalkanNya
” keluarnya “rohul kudus” supaya dapat berguna
Jinantra ontran-ontran kang amurwat
Murwating angkara murka
Nabrak, nunjang, ngobok-obok
Nggelar kadurjanan
Ngobrak-abrik tatanan
Salang-tunjang
Gede-cilik tanpa wirang.
” pada jaman kerusuhan yang tak lazim
” lazimnya angkara murka
” sengaja menabrak, menggeser, mengobok obok(tatanan)
” mengadakan hal hal yang bertentangan dengan adat (maling,jambret dsb)
” mngorak abrik tatanan yang berlaku (hukum adat)
” berebutan
” tua muda tak punya malu
Ana jalma mimba Gusti
Ngaku Allah sinarawedi
Ngendi ana titah padha karo Gusti
Kadunungan iblis pinasthi.
” ada manusia mengaku aku Tuhan
” dan mengaku sodara Allah
” mana ada manusia(ciptaan) mengaku sama dengan Tuhan
” dapat dipastikan itu iblis/setan
Manunggal kuwi ‘ra teges sami
Hamung celak raket ring Gusti
Hamung Allah kang pinuji-puji
Ya mung jalma najan wali.
” bersatu bukan berarti sama
” hanya dekat dengan Tuhan
” hanya Tuhan Allah yang patut disembah
” semua hanya manusia walau wali sekalipun
Nyuwun ngapura mring Hyang Widhi
Wani nranyak mring Malikul’alam
Wus madhani Sing Gawe Urip
Dudu kuwi wahdatulwujud.
” minta ampunan kepada Tuhan
” karena berani kepada sang Pencipta Alam
” sudah menyamakan diri dengan Tuhan
” bukan itu arti wahdatulwujud
Sing bener kuwi ya mung aran titah
Ora samar angambrah-ambrah
Aja nerak hukume lumrah
Kawistra ora narimah.
” yang benar itu cuma dapat disebut hamba
” yang tidak kuatir yang berlebihan
” jangan melanggar hukum alam
” nanti akan terlihat tidak bersyukur
Duh Gusti Kang Maha Lestari
Mugi kersa paring lubering pangastuti
Kang samya memesu ring karsaning Gusti
Najan sasarsusur yekti.
” ya Tuhan yang Maha Langgeng/tak pernah mati
” smoga sudi memberi limpahan Rahmat
” kepada orang yang mendekatkan diri melaksanakan kehendakMu
” walau masih banyak salah dalam menjalaninya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar